Jumat, 31 Januari 2014

Remaja Kampung Tanya Tumpeng (Bagian 2)

Sumber: surabaya.olx.co.id

Klik diSini Untuk Membaca Bagian 1

Ta’ziyah siang hari dirumah Mbah paitun berjalan biasa saja. Hal-hal yang diperbincangkan juga biasa saja. Tak jauh-jauh tentang kematian. Selebihnya hanya obrolan-obrolan orang tua, yang profesinya hampir sama semua. Petani.
Keesokan harinya (hari selasa) Kakek kembali mengajak ta’ziyah. Kali ini kerumah Mbah Nolo. Disambut oleh istri beliau. Diawal-awal kunjungan kami kerumah Mbah Nolo juga berjalan biasa-biasa saja. Namun ketika ada sanak family yang mohon diri untuk pamit, Istri Mbah Nolo menahannya. Bahkan terkesan agak memaksa. Melihat hal itu kamipun urung untuk turut pamit.
Oalah, ternyata hari itu akan ada selamatan tiga hari meninggalnya Mbah Nolo. Tamu-tamu dari tetangga sekitar diundang. Hidangan pun disajikan.
Tentu saja mata saya langsung tertuju pada macam-macam hidangan yang disajikan. Hidangan selamatan khas Jawa. Dalam benak saya tefikir hidangan yang seperti inilah yang disebut tumpeng. Tiba-tiba terbersit dalam benak saya. Kenapa selalu hidangan yang seperti ini yang disajikan dalam selamatan-selamatan Jawa. Tentu ada makna tersendiri. Ingin langsung bertanya pada Kakek yang saat itu duduk di sebelah saya, nggak enak. Takut merusak suasana. Akhirnya saya pendam pertanyaan ini sampai dirumah.
Keesokan harinya (hari rabu) saya tanyakan makna tumpeng pada Bibi saya dari pihak Ayah. Sayang beliau tidak tau. Tak puas, sayapun menuju ke rumah Kakek yang letaknya bersebelahan. Kebetulan ada Nenek. Sambil membewakan sarapan dan dua gelas teh untuk Nenek dan Kakek dimulailah wawancara bebas kami.
Buceng Kuwat itu artinya agar kita selalu diberi kesehatan dan kekuatan” ucap Nenek menjawab pertanyaan pertama saya (percakapan kami sebenarnya berlangsung dalam bahasa Jawa). Buceng Kuwat adalah nama untuk nasi yang dibentuk runcing menyerupai gunung.
Selain Buceng Kuwat, ada juga nasi yang dibentuk kecil-kecil setengah lingkaran. Saya lupa namanya. Jumlahnya ada dua belas. Dua belas adalah hasil penjumlahan dari lima dan tuju. Maksudnya jumlah hari dalam seminggu menurut penanggalan jawa (pahing, pon, kliwon, dst) dan penanggalan masehi (senin, selasa, rabu, dst). Sedangkan dua belas adalah jumlah bulan dalam satu tahun. Saya tidak menanyakan lebih jauh tentang makna makanan tersebut. Mungkin agar kita selalu diberi kesehatan setiap hari sepanjang tahun dan masa.
Ada juga nasi yang diatasnya diberi ayam bakar. Yang ini namanya Male Rasul. Maksudnya agar kita semua mengingat Rasulullah Muhammad SAW. Selain Male Rasul, ada juga Male Luhur. Yang ini berupa nasi yang diatasnya diberi parutan kelapa goring. Atau dalam istilah jawanya dinamakan serondeng. Maksud dari Male Luhur adalah agar kita mengingat dan mendoakan leluhur. Sedangkan Tumpeng ternyata adalah nama dari gundukan nasi. Katanya tidak ada maknanya. Hanya nama saja.
  Itu semua adalah yang saya lihat dalam selamatan tiga hari meninggalnya Mbah Nolo. Namun dalam selamatan-selamatan lain seperti hari kelahiran biasanya ada menu tambahan. Menu tambahan ini biasanya Jenang Abang (Jenang Merah), atau biasanya jika tidak ada Jenang, diganti dengan nasi yang diberi kecap. Jenang ini menurut Nenek namanya Male Sedulur. Maksudnya agar ingat saudara kita. Namun saudara disini bukan saudara kandung atau saudara dalam arti umum. Saudara yang dimaksud adalah Kakang Kawah – Adi Ari-ari.
Kakang Kawah – Adi Ari-ari, maksudnya adalah air ketuban (Kakang Kawah) dan ari-ari (Adi Ari-ari). Saya kurang tau apa tujuannya mengingat air ketuban dan ari-ari. Mungkin agar kita ingat terhadap ibu kita. Orang yang mengorbankan segalanya bahkan nyawanya sendiri demi kita.
Makna simbolik diatas hanya sebagian kecil dari banyak tradisi di Jawa. Masih ada tradisi Mantenan, bentuk-bentuk rumah, dan lain-lainnya. Asal usul tradisi seperti itupun kurang dapat diketahui. Mungkin dari wali songo selaku penyebar islam ditanah Jawa. Bisa juga dari Ulama lain yang menyebarkan Islam di daerah tersebut. Segalanya masih serba remang-remang. Perlu penelitian mendalam untuk mengungkapkannya. (*)

Rabu, 29 Januari 2014

Remaja Kampug Tanya Tumpeng (Bagian 1)


didinmahardi.blogspot.com – Hari Ahad dan malam Senin kemarin adalah hari berkabung untuk keluarga besar saya. Dua orang sesepuhnya dipanggil Tuhan. Yang pertama Mbah Paitun, adik ipar Kakek saya dari pihak ayah. Yang kedua Mbah Nolo, adik kandung Kakek saya dari pihak ayah juga.
Meninggalnya dua sesepuh keluarga kami yang hampir bersamaan itu, bukan karena apa-apa. Tapi memang demikianlah Kehendak Tuhan. Manusia boleh punya keinginan dan konsep rencana yang matang. Tapi kehendak Tuhan siapa yang dapat menentang.
Meskipun malam harinya kami sudak ta’ziyah, namun Kakek mengajak saya untuk ta’ziyah lagi siang harinya. Kakek saya itu semangat silaturrohim dengan saudaranya memang luar biasa. Saya kurang tau motif silaturrohim Kakek karena apa. Bisa karena kultur sosial didaerah kami, atau kerena agama. Entahlah. Yang jelas agama mengajakan barang siapa yang banyak silaturrohim, maka akan dipanjangkkan umurnya dan diperbanyak rizkinya. Terlepas dari berbagai penafsiran terhadap ajaran tersebut, semoga keluarga kami terkhusus Kakek dan Nenek tetap diberi kesehatan dan umur panjang. Amin.

Lanjutkan ke Bagian 2 >>>

Link Guru dan Sahabat

Selasa, 28 Januari 2014

Blogging Bukan Sekedar Casing


didinmahardi.blogspot.com – Dalam dua dekade belakangan ini banyak sekali penduduk dunia yang memiliki Blog. Dari bapak-bapak sampai remaja. Dari yang tua sampai yang muda. Dari yang mengunakan domain gratisan seperti blogspot dan wordpres sampai yang berbayar. Termasuk Indonesia.
Kebanyakan blogger akan bingung ketika pertama kali memiliki blog. Kebingungan itu kebanyakan dikarenakan mereka langsung memandang blog-blog milik blogger professional yang sudah pasti bagus. Artikel yang diterbitkan sudah mencapai ratusan, bahkan ribuan. Mereka tidak sadar jika para blogger professional tersebut dulunya juga seperti mereka. Pernah bingung.

Rabu, 22 Januari 2014

Nostalgia Cerita Lama Gara-Gara SIA



didinmahardi.blogspot.com – Jika ada berita banjir di Jakarta, itu biasa. Begitu juga dengan SIA (kepanjangan dari Sistem Informasi Akademik di kampus saya). Adalah hal yang biasa jika SIA mendadak lelet dan sulit dibuka pada masa-masa pengisian KRS. Nggak tau kenapa, mungkin karena terlalu banyak yang mengakses dan kesemuanya memerlukan login. Tapi, biar bagaimanapun, itulah kampus saya. Selain itu, gara-gara sulitnya input KRS melalui SIA, saya jadi teringat dengan kawan lama saya di Pon. Pes. Darul Huda Mayak Ponorogo. Mahmud namanya.

Senin, 20 Januari 2014

Perjalanan Saya Bersama PUSAKA


didinmahardi.blogspot.com – PUSAKA, walaupun sekilas tampak identik dengan senjata, namun sebenarnya ini bukan senjata. PUSAKA adalah organisasi kedaerahan Mahasiswa Ponorogo yang kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. PUSAKA merupakan kependekan dari Putu Warok Sunan Kalijaga.
Mungkin anda bertanya-tanya “kok nggak ada nama Ponorogo dalam organisasi tersebut?.” Sebenarnya sudah ada unsur Ponorogo dalam organisasi tersebut. Unsur tersebut sudah tercakup dalam kata Warok. Warok merupakan salah satu pemain dalam seni Reog Ponorogo. Ada banyak versi tentang makna warok dalam seni Reog tersebut. Namun, tentu kita tak dapat menyampaikan makna Warok tanpa menyinggung sajarah Seni Reog itu sendiri.