Jumat, 31 Oktober 2014

Trade Off; Seputar Rokok



Saya jadi teringat puisi satire yang digubah Taufiq Ismail. Beberapa kutipan puisi tersebut, antara lain:
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu bisa ketularan kena.

Tulisan di atas merupakan kutipan dari Opini Jawa Pos edisi 29 Oktober 2014 yang ditulis oleh Nurul Rahmawati. Dalam opininya, sebenarnya Nurul Rahmawati mengritik kelakuan sosok meteri antimaenstream Indonesia (Susi Pudjiastuti) yang dengan santainya merokok ditempat umum. Bukan hanya ditempat umum, bahkan ditengah wawancara dengan wartawan Susi tak sungkan-sungkan untuk menikmati batang sembilan senti itu.

Minggu, 05 Oktober 2014

Dikotomi

Pasar Terapung Banjarmasin Indonesia


Sebagai mahasiswa ekonomi, bisa dikatakan jarang sekali saya membahas ekonomi dalam tulisan-tulisan saya. Baru beberapa waktu belakangan ini saya mendapatkan inspirasi menyangkut ekonomi yang patut saya bagi. Inspirasi ini saya dapatkan dari diskusi di kelas saya. Dalam diskusi tersebut, saya sempat mengkritik teman saya yang mengatakan bahwa sistem ekonomi Islam juga sama dengan sistem ekonomi Kapitalis.

Ternyata kritik yang saya lontarkan tersebut salah kawan. Dalam hal ini kita tidak boleh membuat dikotomi (pemisahan) antara sistem ekonomi konvensional (dalam hal ini kapitalis dan sosialis) dan sistem ekonomi Islam. Karena dalam sisitem ekonomi Islam juga mengakui tentang adanya kapitalis dan sosialis. Nah! Agar tulisan ini lebih mengalir, baiknya akan saya terangkan dulu apa itu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis.