Selasa, 03 Februari 2015

Orang Tua Juga Harus Tau



“Mas,, minta pin mu mas”. Tanya bocah cilik itu.
“Nggak punya pin”. Jawab saya.

Di atas merupakan percakapan singkat saya dengan seorang santri TPQ (Taman Pendidikan Al Quran) di Kotagede. Pertanyaan yang meskipun saya jawab sambil lalu, tapi cukup membuat saya kaget. Anak sekecil ini, yang usianya mungkin belum genap 11 tahun, sudah menanyakan pin. Artinya mereka sudah mempunyai smartphone.

Sekilas, hal ini mungkin bukan sesuatu yang patut dihebohkan. Toh orang tua mereka juga yang membelikan smartphone itu. Bukan saya. Lantas apa masalahnya buat saya? Hey ini bukan masalah siapa yang membelikan smartphone itu. Tapi lebih pada “taukah orang tua bocah itu apa itu smartphone dan hal-hal yang dapat diaksesnya?”

Jika seorang bocah sudah menanyakan pin, berarti Ia juga sudah mengenal internet. Lantas taukah orang tua bicah-bocah itu apa itu internet? Oke, mungkin banyak juga orang tua yang sudah mengenal internet. Tapi banyak juga yang belum mengenal. Apalagi yang hidup di pelosok-pelosok.
Sedangkan orang tua yang sudah mengenal internet pun belum tentu tau apa dampak positif dan negatif intenet. Apalagi yang belum mengenal.

Dibalik pengertian resminya sebagai jaringan komputer yang saling terhubung secara global. Internet juga merupakan dunia tak bertepi yang berisi jejalan informasi. Baik informasi yang bersifat positif maupun yang negatif. Oke kita dapat mengakses informasi yang kita butuhkan dengan cepat dari internet. Itu segi positifnya. Tapi, dapatkah bocah-bocah itu menyaring mana informasi yang positif dan mana informasi yang negatif? Bagaimana jika informasi yang mereka akses justru situs-situs porno? Bagaimana jika mereka menyakiti orang lain dengan umpatan-umpatan tak bertanggung jawab dibalik nama Anonymous yang mereka gunakan?

Pernahkah anda mendengar ungkapan “Kemajuan teknologi saat ini mendekatkan yang jauh, tapi menjauhkan yang dekat”? Saya rasa ungkapan itu bukan isapan jempol belaka. Karena internet menyebabkan seseorang malas berkomunikasi secara langsung yang otomatis juga malas bersosialisasi. Benar kan?

Bukan maksud saya melarang pendidikan internet pada anak-anak. Sebaliknya justru orang tualah yang harus belajar internet. Kan tidak ada salahnya jika orang-orang tua turut mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan teknologi. Setelah mengetahui, tentu saja kita dapat menyikapinya dengan lebih bijaksana. Saya yakin setiap orang tua memiliki caranya sendiri untuk mendidik putra-putri mereka. Tapi bukan dengan cara yang membabi buta. “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai pada waktunya masuk ke liang lahat”. Itu kata Nabi. Kita memang tak dapat membendung arus kemajuan. Jalan yang tepat untuk menghadapinya adalah turut mengalir bersama arus itu, tetapi jangan sampai hanyut. (DPM)

Yogyakarta, 03 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar