Senin, 21 November 2016

Jongko



“Makane nulis kang, wong nulis iku mesti moco. Nek gak moco buku yo moco kahanan”.

Saya masih ingat betul dengan kalimat ini. Salah satu yang dilontarkan oleh guru kami ditengah-tengah diskusi Pencak Silat. Kalimat yang jika diartikan akan menjadi –makanya nulis kang, orang yang nulis itu pasti membaca, kalau bukan membaca buku ya pasti membaca keadaan- ini sering terngiang dalam telinga saya. Bahwa kita harus senantiasa membaca. Apapun itu.

Lantas apa kaitannya membaca dengan Jongko? Tentu ada. Jongko selalu berkaitan erat dengan pembacaan. Kalau anda pernah mendengar Ramalan Jayabaya, menurut guru saya itu sebenarnyalah itu bukan ramalan. Melainkan Jongko. Jongko Joyoboyo.

Dengan Jongko, Prabu Jayabaya yang menguasai Kediri pada tahun 1135-1157 itu berusaha menebak masa depan. Caranya, Prabu Jayabaya mengamati bagaimana kejadian-kejadian masa lalu, Ia amati pula bagaimana kondisi pada zamannya. Dari dua pembacaan tersebut, diprediksilah apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Begitulah Jongko. Ilmiah dan jauh dari kesan mistik.

Saya sendiri kurang tahu apa tepatnya makna Jongko ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Jangka bermakna “kurun waktu tertentu”. Pemaknaan KBBI ini jika diaplikasikan dalam Jongko yang dimaksud dalam Jongko Joyoboyo saya rasa memang masuk akal. Bagaimana Prabu Jayabaya membaca kurun sebelumnya, mengamati kurun pada masanya, kemudian memprediksi kurun setelah masa hidupnya.

Belajar dari Jongko Joyoboyo dan manut pada ujar-ujar guru saya itu, kita selayaknya memang harus selalu membaca. Tidak seperti pada masa Prabu Jayabaya yang serba minim akses informasi, masa kita saat ini saya rasa jauh lebih mudah. Buku-buku sejarah, informasi online, dan lain sebagainya berserakan disekeliling kita. Bahkan Kitab Negarakrtagama yang ditulis pada ratusan tahun silam pun masih dicetak ulang. Untuk informasi masa kini, surat kabar dari banyak media berseliweran dan mudah didapat. Kalaupun malas keluar rumah, kita masih bisa membaca dari portal-portal online.

Tentu saja kita tidak harus mewariskan ramalan atau berbagai prediksi untuk pegangan anak cucu. Tetapi, setidaknya dengan banyak membaca karya masa lalu dan situasi saat ini, kita lantas tidak mudah menjadi kaget. Terbiasa membaca akan membuat kita tidak mudah terombang ambing berbagai isu sampah yang belakangan ini semakin santer dihembuskan. Nah, selamat membaca!


Yogyakarta, 22 November 2015.