Tahap awal yang harus kami
lakukan sebagai mahasiswa KKN setelah mengikuti berbagai pembekalan yang
dilakukan pihak kampus adalah ini. Survei lokasi.
Oh iya, kelompok saya (kelompok
14 KKN angkatan 86) mendapat bagian di Dukuh Gunung Kukusan, Desa Hargorejo,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Dalam seri yang akan datang akan
saya bahas tentang tempat KKN saya ini, insyaallah.
Seharusnya, survei yang kami
lakukan disertai oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kami. Tapi berhubung
beliau sedang ada acara maka kami harus jadi tokoh utama dalam survei kali ini.
tak masalah. Karena tampaknya banyak juga kelompok lain yang harus melakukan
survei lapangan tanpa didampingi oleh DPL-nya.
Pada tanggal yang ditentukan, tepatnya Rabu 24 Juni 2015 kami melakukan survei. Rencananya akan bersama dengan kelompok lain yang lokasinya berdekatan dengan kami. Satu desa atau satu DPL dengan kami.
Sudah disepakati bahwa kami
berangkat melakukan survei lapangan tanpa membawa embel-embel institusi kampus.
Niatnya ya jalan-jalan sambil survei gitu aja. Minum air sekaligus menyelam
kalau istilah pribahasanya.
Entah ini disengaja atau memang
kultur Indonesia sudah begitu sejak nenek moyang, rencana survei yang akan dilakukan
pada pukul 09:00 ternyata molor sampai pukul 11:30. Karena sabar tidak ada
batasnya, maka kegiatan menunggu keberangkatan untuk melakukan survei itu, ya
tetap dijalani dengan s a b a r .
Yang ditunggu-tunggu pun datang.
Kami berangkat bersama dengan kelompok sebelah yang lokasinya berdekatan,
meskipun sebenarnya lebih karena mereka lebih tau rute menuju ke lokasi.
Seandainya kami sudah lebih tau rute, mungkin sudah sejak tadi-tadi kami
meluncur. Tidak masalah. Malah bisa lebih rame konvoinya.
Keputusan kami untuk tidak
memakai almamater dalam melakukan survei ini ternyata tampaknya justru
mempersuit kami dalam melakukan prjalanan menuju Kulon Progo. Masalahnya adalah
sulitnya menandai motor mana saja yang menjadi kelompok kami. Maklum lah,
namanya juga baru kenal, belum hafal satu persatunya. Dengan tingkat kepadatan
lalu-lintas kota Yogyakarta dan kami yang belum dapat saling menandai,
rombongan yang tadinya berangkat bersama-sama terpaksa harus terpecah menjadi
dua kelompok. Benar-benar terpisah dengan rutenya masing-masing.
Kelompok yang terpecah itu
akhirnya menemukan kelompok lain yang dapat dijadikan sebagai tempat berlabuh.
Dalam perjalanan ke Kulon Progo siang itu ternyata banyak juga kelomppok KKN
dari kampus yang sama, juga sedang melakukan survei. Pada jam dan tujuan yang
sama. Bahkan saya juga sempat bertemu dan saling sapa dengan teman satu
jurusan.
Baru ketika sampai Kecamatan
Kokap kelompok yang kami temui belakangan ini berpencar. Menuju pedukuhan
tempat KKN-nya masing-masing. Mereka ke kiri, kami ke kanan.
Dengan bertanya-tanya dan sedikit
tersesat akhirnya kami temukan juga Dukuh Gunung Kukusan. Mencari rumah Pak
Dukuh di Pedukuhan ini tergolong gampang. Saya rasa karena faktor kepadatan
penduduk yang tergolong longgar jika dibandingkan Kota Yogyakarta, apalagi
Jakarta.
Fiuhh,, akhirnya sampai
juga di kediaman Pak Dukuh. Dapat sejenak berganti tempat duduk yang tadinya
melulu jok motor. Dan kelompok pecahan dari kelompok kami tadi belum juga tiba.
Ternyata mereka justru menunggu di Waduk Sermo. Welah, jadi gak enak
karena mis komunikasi.
Alhamdulillah tidak begitu lama
kemudian anggota kelompok kami lengkap. Setelah ngobrol ngalor-ngidul
dengan Bapak dan Ibu Dukuh (kebanyakan dengan Ibu Dukuh sih) tentang KKN kami
dan rencana program-programnya, tibalah saatnya kami menengok rumah yang akan
kami tempati. Dag dig dug juga sebenarnya, antara berdoa semoga mendapat
rumah yang nyaman, dan mempersiapkan diri untuk nerimo ing pandum jika
tempatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kulon Progo, 28 Juli
2015
postinganya bermanfaat sekali mas, salam blogger ponorogo
BalasHapusWA : 085708372004
biar saling bersilaturrahmi
kunjungi juga Blogger Reog
oke mas bro. . podo2 wong bungkal e yak hehe,,
Hapus