Gambar Ilustrasi |
Tak terasa, setelah ditinggal dolan
ngalor-ngidul, skripsi saya sudah lama terbenggelai. Padahal dulu saya sudah
menargetkan bahwa saya akan wisuda Agustus tahun ini. Eh molor. Target diundur
menjadi November.
Tentang target November ini, bahkan
sudah dimintakan doa dan restu ke Ibu dan bapak.
“Ndungo ae nek
ra ndang kok garap yo ra bakal rampung le skripsimu” Hanya berdoa kalau tidak kamu kerjakan skripsimu ya gak bakal
rampung nak. Kata Ibu waktu itu. Jleb!
Kepikiran skripsi membuat libur
lebaran dirumah jadi gak jenak. Serasa ada yang ngganjel. Setelah sampai
di Jogja, lah ya kok skripsi terbenggalai lagi. Baru kemarin malam, dalam acara
bakar-bakar ikan bersama teman sekelas yang rata-rata sudah yudisium, saya dikabari bahwa kalau ingin wisuda
November, maka maksimal harus sudah munaqosyah (sidang skripsi) Agustus. Wow.
Ini sudah pertengahan Juli vrohh, Agustus bulan depan. Untuk munaqosyah
Agustus saya hanya punya waktu satu bulan lebih sedikit untuk menyelesaikan
skripsi.
Mengingat waktu yang begitu mepet,
saya putuskan bahwa saya akan melakukan riyadhoh. Tirakat demi
terselesaikannya skripsi ini. Targetnya dalam 41 hari skripsi ini harus
rampung. Titik!
Kenapa kok 41 hari? Yo emboh.
Hanya biasanya, rupa-rupa tirakat dilakukan 41 hari. Itu saja.
Yogyakarta, 19 Juli 2016
Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya
tegaskan bahwa tulisan ini merupakan pengantar. Sedangkan #NirakatiSkripsi
secara resmi akan dimulai besok pada hari rabu. Nderek dawuhe Mbah Zarnuji
yang mengatakan dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim bahwa belajar (perkara
yang baik), sebaiknya dimulai pada hari rabu. Tanya kenapa? Hamboh :-P
Link Terkait
#NirakatiSkripsi (1)
Link Terkait
#NirakatiSkripsi (1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar