Sumber: atiyuli.wordpress.com |
didinmahardi.blogspot.com
– Jika diperhatikan sekilas, beliau tampaknya bukan siapa-siapa. Hanya orang
dusun yang kebetulan lewat. Diperhatikan dengan seksama pun beliau masih orang
biasa.
Mulai dari
songkoknya, bajunya, sarungnya, semuanya biasa saja. Bahkan malah terkesan
lusuh dan perlu diganti dengan yang baru.
Pernah
beberapa kali penulis berkunjung ke rumah beliau, dan rumahnya biasa saja.
Hanya sepetak kecil di tengah desa yang tampaknya mulai padat. Kendaraan yang beliau
gunakan pun terkesan biasa saja. Tidak bagus, tapi juga tidak buruk.
Sejak pertama
kali berinteraksi sebagai guru dan murid, penulis juga sudah tau bahwa
kemampuan beliau dalam hal nahwu dan shorof juga biasa-biasa saja
(ketika menuliskan ini, tak ada niatan sedikitpun dalam diri penulis untuk
merendahkan beliau). Dan karena pemahaman terhadap nahwu dan shorof
yang biasa-biasa itulah seringkali kitab yang beliau baca dan beliau uraikan
tidak dapat penulis tangkap maksudnya dengan jelas. Meskipun hal ini bisa
dikarenakan kebodohan dan kemalasan penulis untuk membaca ulang pelajaran yang
beliau sampaikan.
Pendek kata,
tak ada sama sekali hal yang istimewa dari beliau jika dipandang secara kasat
mata. Mulai dari yang menempel di tubuh, sampai lingkungan tempat beliau
tinggal. Semuanya serba biasa saja.
Tapi jika kita
perhatikan lebih jauh, akan tampak sesuatu yang menonjolkan beliau diantara
guru-guru yang lain. Disaat guru-guru lain tidak berangkat ke Madrasah karena
gerimis misalnya, beliau akan tetap datang. Padahal jarak rumah beliau dan
Madrasah tergolong jauh, sekitar 3 km. Atau disaat guru-guru lain belum datang
kemadrasah, beliau sudah datang lebih dulu untuk mengajar. Padahal gaji beliau
sebagai guru Madrasah tak seberapa. Kadangan-kadang malah cuma liLlahi
ta’ala.
Hal-hal itulah yang menonjolkan beliau dari guru lainnya. Komitmen,
kepribadian yang telaten (rajin -Jawa), sikap tawadhuk, dan keistiqomahan
beliau yang luar biasa. Beliau itulah Ustad Sukamto. Seorang guru yang
mengajari murid-muridnya tidak hanya dengan teori dan nasihat belaka. Tapi
lebih pada uswah (teladan). (*)
Semoga keikhlasan beliau dalam mengajar ilmu nahu dan saraf dibalas dengan pahala yang melimpah oleh-Nya.
BalasHapusAmiin mas. . .
Hapussemoga kita bisa meniru perilaku dan tabiat beliau
BalasHapusMas joe kok nggak ada laman aboutme di blognya,, saya jadi penasaran hehe...
HapusPrilaku itu memang patut ditiru.. (pahlawan tanpa tanda Jasa)
BalasHapussipp mas..
Hapus