Karikatur buatan Pandu |
didinmahardi.blogspot.com –
Alhamdulillah tanggal 09 April 2014 sudah berlalu. Masa-masa kampanye dan tetek
bengeknya pun sudah berlalu. Masa-masa tawuran antar pendukung partai juga
sudah berlalu. Pendek kata, semua yang berkaitan dengan partai politik sudah
berlalu. Meskipun tidak berlalu begitu saja. Masih akan ada lagi
kampanye-kampanye lainnya. Kampanye Capres dan Cawapres.
Suasana kampanye memang memiliki
kesan tersendiri. Entah itu kesan positif maupun kesan negatif. Kesan positifnya
saya kurang tahu. Karena selama masa kampanye saya sama sekali tidak
mengikutinya. Bahkan sekedar melihatpun tidak (kecuali kalau pas nggak sengaja
berpapasan dengan iring-iringan konvoi kampanye). Meskipun itu kampanyenya
partai maupun caleg yang saya dukung. Sama sekali tidak menarik (meskipun
dikasih-kasih uang) dan [menurut saya] tidak ada gunanya.
Meskipun di atas saya bilang
tidak ada gunanya, tapi sebenarnya kampanye itu ada gunanya juga lho. Ini baru
saya ketahui belakangan. Salah satu kegunaan kampanye adalah umtuk mengingatkan
masyarakat agar jangan lupa memilih pada tanggal 09 April kemarin. Dan tidak
harus memilih partai yang sedang berkampanye itu. Tapi boleh partai yang
lainnya. Hal ini tentu saja karena sudah sejak jauh-jauh hari masyarakat sudah
menentukan pilihannya. Meskipun tak sedikit juga yang baru menentukan
pilihannya ketika sudah mendekati hari H.
Kampanye yang dilakukan oleh
pihak-pihak partai politik ini beragam caranya. Dari yang (kelihatannya)
positif sampai yang nggak ada positif-positifnya. Alias negatif.
Disekitar tempat domisili saya,
PPKHM, ragam kampanye yang sering dilakukan adalah dengan konvoi-konvoi.
Sebenarnya konvoi-konvoi atau semacamnya tidaklah masalah bagi saya pribadi.
Asalkan jangan mengganggu gitu saja.
Masalahnya, kaonvoi-konvoi ini
sering dilakukan dengan motor-motor yang sudah dimodivikasi. Terutama
kenalpotnya. Diganti dengan kenalpot yang suaranya memekakkan telinga. Kalaupun
tidak diganti, bisa dengan kenalpot yang masih ori, tapi sarangannya
dicopot. Yang terakhir ini umumnya akan memiliki resiko buruk. Penampilan
kenalpot motornya jadi tidak kinyis-kinyis lagi. Tak apalah, berkorban
dikit-dikit untuk partai kesayangan.
Kalau kenalpot motornya sudah
diberedel seperti itu, tak perlu banyak motor untuk memekakkan telinga. Cukup
tiga atau empat motor. Apalagi kalau lebih.
Sesekali, ketika saya sedang
nongkrong di warung pinggir jalan, saya pernah melihat langsung iring-iringan
konvoi itu. Rombongannya sebenarnya tidak terlalu banyak. Tapi, seperti yang sudah
saya katakana di atas, cukup tiga atau empat motor (apalagi kalau lebih) sudah
cukup untuk memekakkan telinga.
Dan mereka yang
menggleyer-gleyerkan motornya itu, melakukannya sambil senyum-senyum. Tanpa
rasa bersalah (saya maklum akan hal ini). Tapi, peserta konvoi lainnya, mereka
pada menutup telinga. Ironis bukan. Ironis, karena jika mereka sadar kalau
kelakuan mereka itu mengganggu pendengaran, lalu kenapa tidak dihentikan.
Konvoi kan tidak harus dengan motor yang suaranya memekakkan telinga itu. Bisa
dengan cara lain yang lebih santun.
Kalau sudah mendengar
iring-iringan konvoi seperti itu, ingin rasanya saya membuat bom molotov terus
melemparkannya ke tengah-tengah iring-iringan itu. Biar tahu rasa mereka. Tapi
saya tidak berani. Beraninya ya cuma seperti ini. Nulis-nulis, terus di posting
ke blog. Meskipun saya sadar belum tentu oknum-oknum tukang konvoi itu membaca
tulisan ini. Tak masalah. Siapa tahu ada gunanya.
Berbeda dengan saya yang
mengungkapkan kekesalan dengan tulisan, seorang kawan saya, Pandu,
mengungkapkannya dengan membuat karikatur. Kebetulan harian Jawa Pos sedang
mencari karikatur dengan tema Parpol; Parodi Politik. Dikirimkanlah karikatur
itu ke Jawa Pos. Alhamdulillah belum dimuat hehe. Padahal saya sudah siap-siap
mau malakin dia kalau karikatur itu dimuat.
Karikatur karya Pandu |
Terlepas dari semua itu, saya rasa bukan hanya saya yang merasa terganggu dengan tingkah kampanye yang tidak santun itu. Ada banyak. Tapi tidak berani mengungkapkan (bukan maksud saya untuk menjadi sok berani lho..), atau tidak memiliki media untuk menyampaikannya. Dan demi menyambung lidah rakyat yang tidak tersampaikan itu, saya harap kampanye-kampanye mendatang bisa dilakukan dengan cara-cara yang lebih santun. (DPM)
kampanye yang selalu bikin heboh dan mengganggu ketertiban bikin saya kesel
BalasHapustosss, sama kayak saya berarti
Hapus