Ini tentang awal dari segalanya.
Penciptaan. Konon segala sesuatu yang tercipta berasal dari Nur Yang Mulia
Paduka Muhammad. Dikisahkan dalam kitab Madarijus Su’ud bahwa sebelum Allah
Yang Maha Segalanya menciptakan segala sesuatu yang maujud, diambilnya sejumput
nur dari dzatnya. Kemudian dikatan kepada nur yang sejumput itu “jadilah engkau
Muhammad”. Maka jadilah nur itu berbentuk tiang yang bersinar terang.
Berkatalah Ia sebagai makhluq pertama “segala puji bagi Allah”. Allah Yang Maha
Segalanya-pun bersabda “karena pujianmu itulah maka aku menamaimu Muhammad
(yang terpuji) darimu aku memulai penciptaan dan mengakhiri para utusan”.
Kemudian dibagilah nur tersebut
menjadi empat bagian. Dari bagian yang pertama dijadikanlah lauh, dan
bagian yang kedua dijadikanlah qalam. “Tulislah” perintah Allah kepada
qalam. Dan larilah qalam itu selama 1000 tahun karena takut kepada Allah Yang
Maha Segalanya. Setelah lewat seribu tahun baru ia menjawab “apa yang harus aku
tulis?”. “Tulislah laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah” dan
menulislah qalam itu.
Kemudian diperintahkan kepada qalam
itu untuk menulis “man atho’allaha adkholahul jannah, wa man ‘ashollaha
adkholahun nar” Barang siapa yang taat kepada Allah, ia akan dimasukkan
surga. Dan barang siapa yang durhaka kepadanya ia akan dimasukkan neraka.
Tulisan tersebut terdapat pada setiap tulang punggung anak-anak Adam sampai
dengan umat Isa.
Ketika tulisan tersebut sampai
pada umat Yang Mulia Paduka Muhammad, terjadi hal yang istimewa. Lafadh man
atho’allaha adkholahul jannah wa man ‘ashollaha. . . ketika qalam akan
melanjutkan adkholahun nar terdengarlah suara tanpa wujud. “Hai qalam
bertata keramalah kamu” maka jadilah qalam itu pecah dan patah karena takut
kepada Allah Yang Maha Segalanya. Kepada qalam Allah memerintahkan menulis
“umat Muhammad SAW melakukan dosa tetapi Allah Maha Pengampun”.
Bagian yang ketiga dari nur
dijadikanlah ‘arsy. Sedangkan bagian keempat dari nur dibagi lagi menjadi empat
bagian. Bagian yang pertama dijadikan ‘aql, bagian yang kedua dijadikan ma’rifat,
bagian yang ketiga dijadikan segala macam cahaya (termasuk cahaya matahari),
dan bagian yang keempat diletakkan dibawah ‘arsy sampai Allah Yang Maha
Segalanya menciptakan Ayahanda Adam ‘Alaihis Salam.
Ketika Ayahanda Adam tercipta,
diletakkanlah nur tersebut pada punggungnya. Dan diperintahkan kepada para
malaikat untuk bersujud kepada Ayahanda sebelum Ia ditempatkan di surga.
Demikianlah para malaikat itu senantiasa berbaris di belakang Ayahanda demi
menyaksikan nur Muhammad. Maka bertanyalah Ayahanda kepada Allah Yang Maha
Segalanya “ya Allah, kenapa para malaikat itu selalu berbaris di belakang
punggungku?”. “Hai Adam” jawab Allah Yang Maha Segalanya “mereka melihat nur
kekasihku dan penutup para nabi yang memancar dari punggungmu”. Ayahanda pun
berdoa “ya Allah letakkanlah nur itu di arah depanku sehingga para malaikat itu
menghadap aku”.
Maka Allah meletakkan nur
Muhammad di dahi Ayahanda Adam ‘Alaihis Salam, dan berbarislah para
malaikat itu di depan Ayahanda Adam. Kemudian Ayahanda pun berdoa. “Ya Allah
letakkanlah nur itu di tempat yang aku bisa melihatnya”. Dan diletakkanlah nur
itu pada jari telunjuk Ayahanda Adam. Sehingga Ayahanda bisa mengagumi
keindahan nur tersebut. Bahkan Ia mendengar tasbih dari padanya.
Ketika Allah Yang Maha Segalanya
menciptakan Ibunda Hawa, pindahlah nur tersebut ke wajah Ibu kita itu.
Demikianlah kiranya Ayahanda Adam memandang dan mengagumi wajah Ibunda Hawa
seperti orang buta yang baru pertama kali melihat matahari.
Dari ibunda Hawa, nur tersebut
pindah kepada Nabi Syits. Mengetahui bahwa keturunannya membawa nur agung,
Ayahanda Adam memerlukan diri untuk mengambil sumpah dari Nabi Syits.
“Hendaklah engkau tidak meletakkan nur itu kecuali pada rahim wanita yang
suci”. Demikianlah nur itu berpindah dari satu orang mulya ke orang mulya
lainnya. Dari satu wanita suci ke wanita suci lainnya. Hingga kemudian
sampailah pada Abdullah Ibn Abdul Muthalib. Dan lahirlah Yang Mulia Paduka
Muhammad sebagai penghulu sekaligus penutup para nabi. Ialah Nabi yang
menyerukan kasih sayang ke delapan penjuru dunia.
Yogyakarta, 19 Februari 2015
subhanallah... kemudian bagaimana dengan maksud siti hawa yang merupakan bagian tulang rusuk nabi adam? "akal manusia bisa menembus rahasia-rahasia bahkan sebelum manusia di ciptakan"
BalasHapusyo ora enek hubungane kang. . .
BalasHapus