didinmahardi.blogspot.com
– PUSAKA, walaupun sekilas tampak identik dengan senjata, namun sebenarnya ini
bukan senjata. PUSAKA adalah organisasi kedaerahan Mahasiswa Ponorogo yang
kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. PUSAKA merupakan
kependekan dari Putu Warok Sunan Kalijaga.
Mungkin anda bertanya-tanya “kok nggak ada nama Ponorogo dalam
organisasi tersebut?.” Sebenarnya sudah ada unsur Ponorogo dalam organisasi
tersebut. Unsur tersebut sudah tercakup dalam kata Warok. Warok merupakan salah
satu pemain dalam seni Reog Ponorogo. Ada banyak versi tentang makna warok
dalam seni Reog tersebut. Namun, tentu kita tak dapat menyampaikan makna Warok
tanpa menyinggung sajarah Seni Reog itu sendiri.
Dalam salah satu versi disebutkan bahwa Reog merupakan aksi protes
rakyat pinggiran Ponorogo terhadap pemerintah yang berkuasa saat itu. Reog
adalah perlambang Raja yang berkuasa saat itu. Sedangkan warok adalah
perlambang pengawal-pengawal raja yang tampak garang diluar tetapi tak mampu
berbuat apa-apa.
Terlepas dari otentik atau tidaknya sumber sejarah tersebut, namun
yang jelas kita masih dapat menyaksikan seni Reog Ponorogo sampai saat ini.
Setiap malam bulan purnama di Alun-alun Ponorogo. Selain itu beberapa tahun
yang lalu (belum ada 1 dekade sampai saat ini, 2014 ) masih ada seorang yang
dianggap Warok di Ponorogo. Atau lebih dikenal dengan Mbah Kucing di Ponorogo.
Sayang beliau sudah meninggal sebelum penulis dapat menemui beliau.
Sedangkan motif kenapa Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga memilih nama
Putu Warok. Penulis belum tau pasti. Namun setau penulis organisasi-organisasi
mahasiswa ponorogo di kota-kota lain juga bernama Putu Warok. Seperti di
Surabaya dan Malang.
Pertama kali penulis bersinggungan dengan organisasi ini pada saat
awal-awal semester satu kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2012. Saat itu
tiba-tiba ada sms masuk dari nomer tak dikenal. Mengajak untuk berkumpul sore
hari di taman depan masjid kampus. Silaturahmi mahasiswa Ponorogo di UIN Sunan
Kalijaga katanya. Belakangan baru diketahui bahwa yang mengirim sms tersebut
bernama Ariska. Entah Ia dapat nomor dari mana.
Misi awal berkumpulnya Mahasiswa Ponorogo UIN Sunan Kalijaga waktu
itu sebenarnya adalah untuk mendirikan oganisasi mahasiswa Ponorogo UIN Sunan
Kalijaga. Kami semua yang berkumpul waktu itu masih tergolong
mahasiswa-mahasiswa baru. Paling banter mungkin semester tiga. Namun,
ada informasi dari seorang teman yang mengatakan bahwa sebenarnya sudah ada
organisasi Mahasiswa Senior Ponorogo di UIN Sunan Kalijaga. Putu Warok namanya.
Dan kebetulan sore itu juga sedang ada pertemuan di depan Poliklinik UIN yang
lokasinya tidak terlalu jauh dari Masjid Kampus.
Didorong oleh semangat persatuan sesama Mahasiswa Ponorogo dan rasa andap
asor terhadap senior, maka kami menggabungkan diri dengan pertemuan senior
tersebut. Namun karena didepan Poliklinik tempatnya kurang luas, pertemuan
tetap diadakan di depan Masjid Kampus. Seperti rencana awal kami, para Junior.
Acara sore itu lebih didominasi dengan saling perkenalan. Selain itu
juga penuturan dari para senior tentang sejarah Putu Warok yang katanya sudah
ada sejak 2008. Sedikit-sedikit kami juga sudah menyinggung akan mengadakan
Makrab (Malam Keakraban). Namun belum matang. Karena waktu sudah sore dan
banyak teman-teman yang belum melaksanakan Sembahyang Ashar. Saya
sendiri langsung ngacir duluan setelah acara ditutup. Melewatkan acara
foto-foto bersama.
Setelah pertemuan awal disore hari itu, pertemuan-pertemuan
selanjutnya rutin dilakukan. Paling tidak setiap satu minggu sekali ada
pertemuan. Materi yang dibahas kebanyakan adalah pemantapan rencana Makrab.
Saya sendiri kurang aktif waktu itu. Karena ada acara lain, dan kadang-kadang
juga males. Meskipun tidak terlalu aktif, namun sepenuhnya saya mendukung
acara-acara yang diselenggarakan Putu Warok. Termasuk makrab tersebut.
Makrab pun akhirnya terlaksana. Tanpa keikutsertaan saya. Walaupun
sebenarnya saya sudah bayar waktu itu. Ketidakikutsertaan bukan tanpa alasan.
Makrab yang diselenggarakan malam hari tentu tidak bisa saya ikuti. Karena
posisi saya yang berdomisili di Pesantren dan masih tergolong santri baru saat
itu. Jadi belum berani bolos hehehe. . . .
Setelah Makrab yang diselenggarakan pada akhir semester ganjil
tersebut kegiatan Putu Warok cenderung fakum. Bahkan hampir tidak ada kegiatan
yang berarti sepanjang semester genap (semester dua untuk saya).
Baru setelah saya semester tiga ini, mulai tampak ada greget
lagi. Diawali dengan membuka Stand pendaftaran untuk anggota-anggota baru
diawal semester, ungkapan-ungkapan saling kangen di Group Facebook, dan
pertemuan-pertemuan kecil sekedar luapan rasa kangen dan obrolan ngalor-ngidul
tanpa kejelasan. Tak masalah. Yang penting sudah ada saling komitmen untuk
menghidupkan Putu Warok.
Ngobrol serius 1/2 santai di Telaga Ngebel |
Puncaknya kami mampu menyelenggarakan Makrab di Telaga Ngebel Ponorogo pada tanggal 19 Januari 2014. Tepatnya mungkin bukan Makrab. Tapi Sikrab. Karena acara ini diadakan pada siang hari. Dari pagi sampai sore.
Yang paling memiliki andil sehingga dapat dilaksanakannya Sikrab
kali ini tampaknya adalah Zahid. Ia yang paling getol mengkoordinir
teman-teman, kirim sms, bahkan menelpon teman-teman yang belum hadir dalam
rapat-rapat persiapan menjelang Sikrab dan ketika Sikrab dilaksanakan. Selain
Zahid, ada lagi Lintang dan Dani. Mereka berdua ini rajin menyumbangkan ide-ide
cemerlangnya untuk kemajuan Putu Warok. Sayang Mas Dani tidak bisa ikut Sikrab.
“Sudah ada rencana lain” katanya.
Alhamdulillah Sikrab kali ini berjalan lancar. Meskipun mulainya
agak molor dari waktu yang direncanakan. Juga runtutan acaranya tak sesuai
dengan schedule awal.
Makan siang di Telaga Ngebel |
Putu Warok memang bukan organisasi yang terlalu muluk-muluk. Putu
Warok adalah organisasi yang fleksibel. Yang perjalanannya santai tapi hasilnya
nyata. Alon-alon asal kelakon kata pepatah Jawa. (*)
joooosss
BalasHapusmakasih mas Danang
Hapusditeruskan bakatnya. aku sangat mengapresiasi dengan karya tulis yang ini.
BalasHapusmakasih
Hapus