Senin, 20 Januari 2014

Perjalanan Saya Bersama PUSAKA


didinmahardi.blogspot.com – PUSAKA, walaupun sekilas tampak identik dengan senjata, namun sebenarnya ini bukan senjata. PUSAKA adalah organisasi kedaerahan Mahasiswa Ponorogo yang kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. PUSAKA merupakan kependekan dari Putu Warok Sunan Kalijaga.
Mungkin anda bertanya-tanya “kok nggak ada nama Ponorogo dalam organisasi tersebut?.” Sebenarnya sudah ada unsur Ponorogo dalam organisasi tersebut. Unsur tersebut sudah tercakup dalam kata Warok. Warok merupakan salah satu pemain dalam seni Reog Ponorogo. Ada banyak versi tentang makna warok dalam seni Reog tersebut. Namun, tentu kita tak dapat menyampaikan makna Warok tanpa menyinggung sajarah Seni Reog itu sendiri. 
Dalam salah satu versi disebutkan bahwa Reog merupakan aksi protes rakyat pinggiran Ponorogo terhadap pemerintah yang berkuasa saat itu. Reog adalah perlambang Raja yang berkuasa saat itu. Sedangkan warok adalah perlambang pengawal-pengawal raja yang tampak garang diluar tetapi tak mampu berbuat apa-apa.
Terlepas dari otentik atau tidaknya sumber sejarah tersebut, namun yang jelas kita masih dapat menyaksikan seni Reog Ponorogo sampai saat ini. Setiap malam bulan purnama di Alun-alun Ponorogo. Selain itu beberapa tahun yang lalu (belum ada 1 dekade sampai saat ini, 2014 ) masih ada seorang yang dianggap Warok di Ponorogo. Atau lebih dikenal dengan Mbah Kucing di Ponorogo. Sayang beliau sudah meninggal sebelum penulis dapat menemui beliau.
Sedangkan motif kenapa Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga memilih nama Putu Warok. Penulis belum tau pasti. Namun setau penulis organisasi-organisasi mahasiswa ponorogo di kota-kota lain juga bernama Putu Warok. Seperti di Surabaya dan Malang.
Pertama kali penulis bersinggungan dengan organisasi ini pada saat awal-awal semester satu kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2012. Saat itu tiba-tiba ada sms masuk dari nomer tak dikenal. Mengajak untuk berkumpul sore hari di taman depan masjid kampus. Silaturahmi mahasiswa Ponorogo di UIN Sunan Kalijaga katanya. Belakangan baru diketahui bahwa yang mengirim sms tersebut bernama Ariska. Entah Ia dapat nomor dari mana.
Misi awal berkumpulnya Mahasiswa Ponorogo UIN Sunan Kalijaga waktu itu sebenarnya adalah untuk mendirikan oganisasi mahasiswa Ponorogo UIN Sunan Kalijaga. Kami semua yang berkumpul waktu itu masih tergolong mahasiswa-mahasiswa baru. Paling banter mungkin semester tiga. Namun, ada informasi dari seorang teman yang mengatakan bahwa sebenarnya sudah ada organisasi Mahasiswa Senior Ponorogo di UIN Sunan Kalijaga. Putu Warok namanya. Dan kebetulan sore itu juga sedang ada pertemuan di depan Poliklinik UIN yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Masjid Kampus.
Didorong oleh semangat persatuan sesama Mahasiswa Ponorogo dan rasa andap asor terhadap senior, maka kami menggabungkan diri dengan pertemuan senior tersebut. Namun karena didepan Poliklinik tempatnya kurang luas, pertemuan tetap diadakan di depan Masjid Kampus. Seperti rencana awal kami, para Junior.
Acara sore itu lebih didominasi dengan saling perkenalan. Selain itu juga penuturan dari para senior tentang sejarah Putu Warok yang katanya sudah ada sejak 2008. Sedikit-sedikit kami juga sudah menyinggung akan mengadakan Makrab (Malam Keakraban). Namun belum matang. Karena waktu sudah sore dan banyak teman-teman yang belum melaksanakan Sembahyang Ashar. Saya sendiri langsung ngacir duluan setelah acara ditutup. Melewatkan acara foto-foto bersama.
Setelah pertemuan awal disore hari itu, pertemuan-pertemuan selanjutnya rutin dilakukan. Paling tidak setiap satu minggu sekali ada pertemuan. Materi yang dibahas kebanyakan adalah pemantapan rencana Makrab. Saya sendiri kurang aktif waktu itu. Karena ada acara lain, dan kadang-kadang juga males. Meskipun tidak terlalu aktif, namun sepenuhnya saya mendukung acara-acara yang diselenggarakan Putu Warok. Termasuk makrab tersebut.
Makrab pun akhirnya terlaksana. Tanpa keikutsertaan saya. Walaupun sebenarnya saya sudah bayar waktu itu. Ketidakikutsertaan bukan tanpa alasan. Makrab yang diselenggarakan malam hari tentu tidak bisa saya ikuti. Karena posisi saya yang berdomisili di Pesantren dan masih tergolong santri baru saat itu. Jadi belum berani bolos hehehe. . . .
Setelah Makrab yang diselenggarakan pada akhir semester ganjil tersebut kegiatan Putu Warok cenderung fakum. Bahkan hampir tidak ada kegiatan yang berarti sepanjang semester genap (semester dua untuk saya).
Baru setelah saya semester tiga ini, mulai tampak ada greget lagi. Diawali dengan membuka Stand pendaftaran untuk anggota-anggota baru diawal semester, ungkapan-ungkapan saling kangen di Group Facebook, dan pertemuan-pertemuan kecil sekedar luapan rasa kangen dan obrolan ngalor-ngidul tanpa kejelasan. Tak masalah. Yang penting sudah ada saling komitmen untuk menghidupkan Putu Warok.
Ngobrol serius 1/2 santai di Telaga Ngebel

Puncaknya kami mampu menyelenggarakan Makrab di Telaga Ngebel Ponorogo pada tanggal 19 Januari 2014. Tepatnya mungkin bukan Makrab. Tapi Sikrab. Karena acara ini diadakan pada siang hari. Dari pagi sampai sore.
Yang paling memiliki andil sehingga dapat dilaksanakannya Sikrab kali ini tampaknya adalah Zahid. Ia yang paling getol mengkoordinir teman-teman, kirim sms, bahkan menelpon teman-teman yang belum hadir dalam rapat-rapat persiapan menjelang Sikrab dan ketika Sikrab dilaksanakan. Selain Zahid, ada lagi Lintang dan Dani. Mereka berdua ini rajin menyumbangkan ide-ide cemerlangnya untuk kemajuan Putu Warok. Sayang Mas Dani tidak bisa ikut Sikrab. “Sudah ada rencana lain” katanya.
Alhamdulillah Sikrab kali ini berjalan lancar. Meskipun mulainya agak molor dari waktu yang direncanakan. Juga runtutan acaranya tak sesuai dengan schedule awal.
Makan siang di Telaga Ngebel
Saya sendiri lupa bagaimana runtutan tepatnya acara Sikrab di Telaga Ngebel itu. Yang jelas ada acara permainannya, ada acara pergantian pengurus Putu Warok sekaligus saling perkenalan antar anggota, ada acara makan siang bersamanya, ada acara persiapan menyongsong KampusFair di Gedung Bakti Ponorogo, ada acara penyusunan visi-misi Putu Warok, dan lain-lainnya. Tapi yang terlaksana cuma acara perkenalan antar anggota, makan siang bersama, dan persiapan menyongsong KampusFair Ponorogo. Tak masalah.
Putu Warok memang bukan organisasi yang terlalu muluk-muluk. Putu Warok adalah organisasi yang fleksibel. Yang perjalanannya santai tapi hasilnya nyata. Alon-alon asal kelakon kata pepatah Jawa. (*)

4 komentar: