Rabu, 29 Juli 2015

Arus KKN (2) Survei



Tahap awal yang harus kami lakukan sebagai mahasiswa KKN setelah mengikuti berbagai pembekalan yang dilakukan pihak kampus adalah ini. Survei lokasi.

Oh iya, kelompok saya (kelompok 14 KKN angkatan 86) mendapat bagian di Dukuh Gunung Kukusan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Dalam seri yang akan datang akan saya bahas tentang tempat KKN saya ini, insyaallah.

Seharusnya, survei yang kami lakukan disertai oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kami. Tapi berhubung beliau sedang ada acara maka kami harus jadi tokoh utama dalam survei kali ini. tak masalah. Karena tampaknya banyak juga kelompok lain yang harus melakukan survei lapangan tanpa didampingi oleh DPL-nya.

Pada tanggal yang ditentukan, tepatnya Rabu 24 Juni 2015 kami melakukan survei. Rencananya akan bersama dengan kelompok lain yang lokasinya berdekatan dengan kami. Satu desa atau satu DPL dengan kami.

Sudah disepakati bahwa kami berangkat melakukan survei lapangan tanpa membawa embel-embel institusi kampus. Niatnya ya jalan-jalan sambil survei gitu aja. Minum air sekaligus menyelam kalau istilah pribahasanya.

Entah ini disengaja atau memang kultur Indonesia sudah begitu sejak nenek moyang, rencana survei yang akan dilakukan pada pukul 09:00 ternyata molor sampai pukul 11:30. Karena sabar tidak ada batasnya, maka kegiatan menunggu keberangkatan untuk melakukan survei itu, ya tetap dijalani dengan s a b a r .

Yang ditunggu-tunggu pun datang. Kami berangkat bersama dengan kelompok sebelah yang lokasinya berdekatan, meskipun sebenarnya lebih karena mereka lebih tau rute menuju ke lokasi. Seandainya kami sudah lebih tau rute, mungkin sudah sejak tadi-tadi kami meluncur. Tidak masalah. Malah bisa lebih rame konvoinya.

Keputusan kami untuk tidak memakai almamater dalam melakukan survei ini ternyata tampaknya justru mempersuit kami dalam melakukan prjalanan menuju Kulon Progo. Masalahnya adalah sulitnya menandai motor mana saja yang menjadi kelompok kami. Maklum lah, namanya juga baru kenal, belum hafal satu persatunya. Dengan tingkat kepadatan lalu-lintas kota Yogyakarta dan kami yang belum dapat saling menandai, rombongan yang tadinya berangkat bersama-sama terpaksa harus terpecah menjadi dua kelompok. Benar-benar terpisah dengan rutenya masing-masing.

Kelompok yang terpecah itu akhirnya menemukan kelompok lain yang dapat dijadikan sebagai tempat berlabuh. Dalam perjalanan ke Kulon Progo siang itu ternyata banyak juga kelomppok KKN dari kampus yang sama, juga sedang melakukan survei. Pada jam dan tujuan yang sama. Bahkan saya juga sempat bertemu dan saling sapa dengan teman satu jurusan.

Baru ketika sampai Kecamatan Kokap kelompok yang kami temui belakangan ini berpencar. Menuju pedukuhan tempat KKN-nya masing-masing. Mereka ke kiri, kami ke kanan.

Dengan bertanya-tanya dan sedikit tersesat akhirnya kami temukan juga Dukuh Gunung Kukusan. Mencari rumah Pak Dukuh di Pedukuhan ini tergolong gampang. Saya rasa karena faktor kepadatan penduduk yang tergolong longgar jika dibandingkan Kota Yogyakarta, apalagi Jakarta.

Fiuhh,, akhirnya sampai juga di kediaman Pak Dukuh. Dapat sejenak berganti tempat duduk yang tadinya melulu jok motor. Dan kelompok pecahan dari kelompok kami tadi belum juga tiba. Ternyata mereka justru menunggu di Waduk Sermo. Welah, jadi gak enak karena mis komunikasi.

Alhamdulillah tidak begitu lama kemudian anggota kelompok kami lengkap. Setelah ngobrol ngalor-ngidul dengan Bapak dan Ibu Dukuh (kebanyakan dengan Ibu Dukuh sih) tentang KKN kami dan rencana program-programnya, tibalah saatnya kami menengok rumah yang akan kami tempati. Dag dig dug juga sebenarnya, antara berdoa semoga mendapat rumah yang nyaman, dan mempersiapkan diri untuk nerimo ing pandum jika tempatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.


Kulon Progo, 28 Juli 2015

2 komentar:

  1. postinganya bermanfaat sekali mas, salam blogger ponorogo
    WA : 085708372004
    biar saling bersilaturrahmi
    kunjungi juga Blogger Reog

    BalasHapus
    Balasan
    1. oke mas bro. . podo2 wong bungkal e yak hehe,,

      Hapus