Kamis, 27 Februari 2014

Jumat Hujan (Bagian 1)

Sumber: aksisosialkammi.wordpress.com

didinmahardi.blogspot.com – Hari jumat kemarin, tepatnya tanggal  21/02/14 saya lelah banget. Gara-garanya malamnya saya harus bergadang mengantarkan dan menemani teman yang tangannya patah gara-gara belajar silat.

Jadilah pada siang harinya saya menyempatkan tidur sebentar sebelum sholat jumat. Selain untuk mengganti waktu tidur saya dimalam sebelumnya juga sekaligus untuk qoilulah (tidur sejenak sebelum sholat jumat, agar ketika khutbah tidak ngantuk –hukumnya sunnah lho..) kan lumayan sekali kayuh dua pulau terlampaui.

Bangun tidur, remang-remang saya mendengar suara Adzan berkumandang dari masjid sebelah. Memanggil Muslim laki-laki untuk segera berangkat ke masjid menunaikan sholat jumat. Tapi panggilan itu suaranya menjadi sayu. Tertutup suara hujan lebat yang datang menderu.

Sayapun bergegas bangun dan segera mangambil air wudhu. Bukan untuk menunaikan sholat jumat. Tapi untuk menunaikan sholat dhuhur dikamar saja. Pikir saya saat itu “Jika hujan deras memperbolehkan seseorang men-jamak sholat (dengan syarat-syarat tertentu tentunya) tentu hujan deras juga memperbolehkan seseorang tidak berangkat sholat jumat ke masjid. Tapi cukup sholat dhuhur di rumah saja.”

Ijtihad saya itu mendapat dukungan dari Ust. Muchlis, guru saya. Dengan tergopoh-gopoh beliau masuk ke kamar saya mengajak sholat dhuhur. “Ayo-ayo sholat dhuhur silak udane entek” (ayo-ayo sholat dhuhur keburu hujanya berhenti) ajak beliau. Sayapun makin bersemangat melaksanakan ijtihad konyol saya.

Ucapan Pak Muchils yang mengajak sholat dhuhur sebelum hujanya berhenti menambahkan referensi baru dalam ijtihad saya hehe…. Ijtihad saya yang memperbolehkan sholat dhuhur dirumah ketika hujan turun, syaratnya saya tambah. Sholat dhuhur dirumah ketika hari jumat boleh dilaksaakan. Asalkan sholat dhuhurnya dilaksanakan ketika hujannya belum berhenti.

Usai sholat dhuhur berjamaah, saya mencoba mencari pembenaran terhadap hasil ijtihad saya itu di kitab-kitab klasik. Kitab yang pertama-tama saya buka adalah kitab Tausyih ‘Ala Ibni Qosim karangan Syaikhul Hijaz Muhammad Nawawi Ibni ‘Umar Al Bantani Al Jawi [Allahummarhamhu]. Saya bolak-balik di bab yang kira-kira berkaitan dengan sholat jumat, tidak ketemu.

Sore harinya, saya membuka kitab lain lagi. Kali ini saya membuka kitab Bughyatul Mustarsyidiin karangan Sayyid ‘Abdurrohman Ibni Muhammad Ibni Husain Ibni ‘Umar [Allahummarhamhu]. Pertimbangan saya, dalam kitab inilah biasanya termaktub qaul-qaul (ucapan-ucapan) atau pendapat para ulama terdahulu yang aneh-aneh. Saya bolak-balik di Bab Sholat Jumat, tetap tidak ketemu. Karena kitab referensi saya sudah habis, akhirnya saya biarkan saja pertanyaan saya tentang sholat jumat tetap menggantung. WaLlahu a’lam bis showab. (*)

Silahkan KLIK DISINI untuk membaca artikel Jumat Hujan (Bagian 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar