![]() |
Sumber: aksisosialkammi.wordpress.com |
didinmahardi.blogspot.com
– Hari jumat kemarin, tepatnya tanggal
21/02/14 saya lelah banget. Gara-garanya malamnya saya harus bergadang
mengantarkan dan menemani teman yang tangannya patah gara-gara belajar silat.
Jadilah pada
siang harinya saya menyempatkan tidur sebentar sebelum sholat jumat. Selain
untuk mengganti waktu tidur saya dimalam sebelumnya juga sekaligus untuk qoilulah
(tidur sejenak sebelum sholat jumat, agar ketika khutbah tidak ngantuk
–hukumnya sunnah lho..) kan lumayan sekali kayuh dua pulau terlampaui.
Bangun tidur,
remang-remang saya mendengar suara Adzan berkumandang dari masjid sebelah.
Memanggil Muslim laki-laki untuk segera berangkat ke masjid menunaikan
sholat jumat. Tapi panggilan itu suaranya menjadi sayu. Tertutup suara hujan
lebat yang datang menderu.
Sayapun
bergegas bangun dan segera mangambil air wudhu. Bukan untuk menunaikan sholat
jumat. Tapi untuk menunaikan sholat dhuhur dikamar saja. Pikir saya saat itu
“Jika hujan deras memperbolehkan seseorang men-jamak sholat (dengan
syarat-syarat tertentu tentunya) tentu hujan deras juga memperbolehkan
seseorang tidak berangkat sholat jumat ke masjid. Tapi cukup sholat dhuhur di
rumah saja.”
Ijtihad
saya itu mendapat dukungan dari Ust. Muchlis, guru saya. Dengan tergopoh-gopoh
beliau masuk ke kamar saya mengajak sholat dhuhur. “Ayo-ayo sholat dhuhur silak
udane entek” (ayo-ayo sholat dhuhur keburu hujanya berhenti) ajak beliau.
Sayapun makin bersemangat melaksanakan ijtihad konyol saya.
Ucapan Pak
Muchils yang mengajak sholat dhuhur sebelum hujanya berhenti menambahkan
referensi baru dalam ijtihad saya hehe…. Ijtihad saya yang
memperbolehkan sholat dhuhur dirumah ketika hujan turun, syaratnya saya tambah.
Sholat dhuhur dirumah ketika hari jumat boleh dilaksaakan. Asalkan sholat
dhuhurnya dilaksanakan ketika hujannya belum berhenti.
Usai sholat
dhuhur berjamaah, saya mencoba mencari pembenaran terhadap hasil ijtihad
saya itu di kitab-kitab klasik. Kitab yang pertama-tama saya buka adalah kitab Tausyih
‘Ala Ibni Qosim karangan Syaikhul Hijaz Muhammad Nawawi Ibni ‘Umar Al
Bantani Al Jawi [Allahummarhamhu]. Saya bolak-balik di bab yang
kira-kira berkaitan dengan sholat jumat, tidak ketemu.
Sore harinya,
saya membuka kitab lain lagi. Kali ini saya membuka kitab Bughyatul
Mustarsyidiin karangan Sayyid ‘Abdurrohman Ibni Muhammad Ibni Husain
Ibni ‘Umar [Allahummarhamhu]. Pertimbangan saya, dalam kitab inilah
biasanya termaktub qaul-qaul (ucapan-ucapan) atau pendapat para ulama
terdahulu yang aneh-aneh. Saya bolak-balik di Bab Sholat Jumat, tetap tidak
ketemu. Karena kitab referensi saya sudah habis, akhirnya saya biarkan saja
pertanyaan saya tentang sholat jumat tetap menggantung. WaLlahu a’lam bis
showab. (*)
Silahkan KLIK DISINI untuk membaca artikel Jumat Hujan (Bagian 2)
Silahkan KLIK DISINI untuk membaca artikel Jumat Hujan (Bagian 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar