Rabu, 23 April 2014

Santun Berkampanye

Karikatur buatan Pandu
didinmahardi.blogspot.com – Alhamdulillah tanggal 09 April 2014 sudah berlalu. Masa-masa kampanye dan tetek bengeknya pun sudah berlalu. Masa-masa tawuran antar pendukung partai juga sudah berlalu. Pendek kata, semua yang berkaitan dengan partai politik sudah berlalu. Meskipun tidak berlalu begitu saja. Masih akan ada lagi kampanye-kampanye lainnya. Kampanye Capres dan Cawapres.

Suasana kampanye memang memiliki kesan tersendiri. Entah itu kesan positif maupun kesan negatif. Kesan positifnya saya kurang tahu. Karena selama masa kampanye saya sama sekali tidak mengikutinya. Bahkan sekedar melihatpun tidak (kecuali kalau pas nggak sengaja berpapasan dengan iring-iringan konvoi kampanye). Meskipun itu kampanyenya partai maupun caleg yang saya dukung. Sama sekali tidak menarik (meskipun dikasih-kasih uang) dan [menurut saya] tidak ada gunanya.

Meskipun di atas saya bilang tidak ada gunanya, tapi sebenarnya kampanye itu ada gunanya juga lho. Ini baru saya ketahui belakangan. Salah satu kegunaan kampanye adalah umtuk mengingatkan masyarakat agar jangan lupa memilih pada tanggal 09 April kemarin. Dan tidak harus memilih partai yang sedang berkampanye itu. Tapi boleh partai yang lainnya. Hal ini tentu saja karena sudah sejak jauh-jauh hari masyarakat sudah menentukan pilihannya. Meskipun tak sedikit juga yang baru menentukan pilihannya ketika sudah mendekati hari H.

Kampanye yang dilakukan oleh pihak-pihak partai politik ini beragam caranya. Dari yang (kelihatannya) positif sampai yang nggak ada positif-positifnya. Alias negatif.
Disekitar tempat domisili saya, PPKHM, ragam kampanye yang sering dilakukan adalah dengan konvoi-konvoi. Sebenarnya konvoi-konvoi atau semacamnya tidaklah masalah bagi saya pribadi. Asalkan jangan mengganggu gitu saja.

Masalahnya, kaonvoi-konvoi ini sering dilakukan dengan motor-motor yang sudah dimodivikasi. Terutama kenalpotnya. Diganti dengan kenalpot yang suaranya memekakkan telinga. Kalaupun tidak diganti, bisa dengan kenalpot yang masih ori, tapi sarangannya dicopot. Yang terakhir ini umumnya akan memiliki resiko buruk. Penampilan kenalpot motornya jadi tidak kinyis-kinyis lagi. Tak apalah, berkorban dikit-dikit untuk partai kesayangan.

Kalau kenalpot motornya sudah diberedel seperti itu, tak perlu banyak motor untuk memekakkan telinga. Cukup tiga atau empat motor. Apalagi kalau lebih.

Sesekali, ketika saya sedang nongkrong di warung pinggir jalan, saya pernah melihat langsung iring-iringan konvoi itu. Rombongannya sebenarnya tidak terlalu banyak. Tapi, seperti yang sudah saya katakana di atas, cukup tiga atau empat motor (apalagi kalau lebih) sudah cukup untuk memekakkan telinga.

Dan mereka yang menggleyer-gleyerkan motornya itu, melakukannya sambil senyum-senyum. Tanpa rasa bersalah (saya maklum akan hal ini). Tapi, peserta konvoi lainnya, mereka pada menutup telinga. Ironis bukan. Ironis, karena jika mereka sadar kalau kelakuan mereka itu mengganggu pendengaran, lalu kenapa tidak dihentikan. Konvoi kan tidak harus dengan motor yang suaranya memekakkan telinga itu. Bisa dengan cara lain yang lebih santun.

Kalau sudah mendengar iring-iringan konvoi seperti itu, ingin rasanya saya membuat bom molotov terus melemparkannya ke tengah-tengah iring-iringan itu. Biar tahu rasa mereka. Tapi saya tidak berani. Beraninya ya cuma seperti ini. Nulis-nulis, terus di posting ke blog. Meskipun saya sadar belum tentu oknum-oknum tukang konvoi itu membaca tulisan ini. Tak masalah. Siapa tahu ada gunanya.

Berbeda dengan saya yang mengungkapkan kekesalan dengan tulisan, seorang kawan saya, Pandu, mengungkapkannya dengan membuat karikatur. Kebetulan harian Jawa Pos sedang mencari karikatur dengan tema Parpol; Parodi Politik. Dikirimkanlah karikatur itu ke Jawa Pos. Alhamdulillah belum dimuat hehe. Padahal saya sudah siap-siap mau malakin dia kalau karikatur itu dimuat.

Karikatur karya Pandu

Terlepas dari semua itu, saya rasa bukan hanya saya yang merasa terganggu dengan tingkah kampanye yang tidak santun itu. Ada banyak. Tapi tidak berani mengungkapkan (bukan maksud saya untuk menjadi sok berani lho..), atau tidak memiliki media untuk menyampaikannya. Dan demi menyambung lidah rakyat yang tidak tersampaikan itu, saya harap kampanye-kampanye mendatang bisa dilakukan dengan cara-cara yang lebih santun. (DPM)

2 komentar:

  1. kampanye yang selalu bikin heboh dan mengganggu ketertiban bikin saya kesel

    BalasHapus