Kamis, 11 Juni 2015

"Resonansi Hati"



Pernahkah anda tiba-tiba merasa tenang ketika duduk menyanding seseorang? Atau sebaliknya, anda yang awalnya biasa saja tiba-tiba menjadi gelisah ketika menyanding seseorang? Yup itulah pengaruh resonansi hati[i].

Dalam teori fisika ada dikenal Resonansi bunyi. Pengertian singkat dari resonansi bunyi ini adalah turut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang bergetar[ii]. Secara sederhana resonansi juga dapat diartikan sebagai menularnya getaran. Contohnya, terkadang jendela kaca rumah kita ikut bergetar ketika ada suara petir. Atau suara yang dihasilkan alat musik gitar karena getaran senarnya yang dipetik. Itu semua merupakan resonansi bunyi.

Lantas bagaimana dengan “resonansi hati”? Menurut Agus Mustofa hati kita juga dapat diibaratkan sebagai tabung resonansi. Setiap aktifitas yang kita lakukan tentu saja akan menimbulkan getaran dalam hati kita. Bisa berupa getaran positif yang lembut, ataupun getaran negatif yang kasar.

Secara fisika, getaran positif yang lembut tersebut dapat dikatakan sebagai getaran yang cenderung lembut dan halus tetapi memiliki frekuensi yang tinggi dan teratur. Efeknya, tentu hati tersebut akan menjadi lebih halus. Bahkan dengan keteraturannya, getaran hati tersebut dapat menghasilkan frekuensi yang lebih tinggi. Frekuensi yang semakin lama meningkat menjadi lebih tinggi itu, tentu nantinya dapat menular ke lingkungan sekitarnya. Logikanya seperti ini, pada tahap awal getaran itu akan mempengaruhi lingkup hati tersebut. Kemudian tubuh si pemilik hati, dan ketika lebih tinggi lagi akan dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Karena inilah, maka terkadang kita bisa tiba-tiba menjadi tenang ketika berdekatan dengan seseorang. Mungkin orang tersebut memiliki getaran positif yang cukup tinggi dalam hatinya.

Sedangkan getaran negatif merupakan getaran yang cenderung kasar. Menurut tinjauan fisika getaran ini merupakan getaran yang memiliki frekuensi rendah dengan amplitudo yang besar. Sebagai contoh adalah orang yang sedang marah. Ketika seseorang marah, maka getaran hatinya akan sangat tidak beraturan dan bergejolak kasar.

Getaran yang kasar itu bukan tidak memiliki efek terhadap diri kita. Sebuah benda yang dikenai getaran kasar terus menerus akan mengalami kekakuan. Begitu pula hati kita.

Contoh lain yang membuktikan dapat semakin mengerasnya hati, adalah saat kita berbohong. Pada awal-awal seseorang melakukan kebohongan, maka akan terjadi dag dig dug yang tidak teratur dalam hatinya. Tetapi, semakin lama, ketika Ia mengulang-ulang kebohongan tersebut maka hatinya sudah tidak akan bergetar lagi. Contoh yang simpel ini membuktikan bahwa memang ada proses pengerasan yang terjadi dalam hati.

Dalam kaitanya dengan resonanti hati ini, kita dapat menggunakan gitar sebagai perumpamaan. Gitar dengan tabung resonansinya akan dapat menghasil kan getaran yang bersuara indah. Tetapi jika tabung tersebut disumbat, suara yang dihasilkan oleh getaran sinar gitar tersebut tidak lagi akan menjadi indah. Melainkan hanya suara kecil yang tak berarti. Saya rasa begitu pulalah hati kita.


Yogyakarta, 10 Juni 2015


[i] Kata “Resoansi Hati” diambil dari salah satu sub judul dari buku Agus Mustofa yang berjudul Pusaran Energi Ka’bah, (Malang: PADMA press, 2008), hlm. 150.
[ii] Eka Febriyani dalam http://seputarpendidikan003.blogspot.com, “Pengertian Resonansi Bunyi”

4 komentar:

  1. hatiku bergetar gara-gara punya utang komentar di blog ini.. :)))

    BalasHapus
  2. yang "dag dig dug" itu hati atau jantung mas? kalau jantung, saya kira getaran di jantung tidak tercipta karena berbohong. walaupung dengan secangkir kopi, hati manusia akan berdecak kencang karena efek kimiawi dari kafein yang ada. hal itu juga membuktikkan bahwa efek "dag-dig-dug" tidak hanya diciptakan dengan berbohong, bahkan saya yakin tidak ada pengerasan hati setelah kita meminum kopi. cuma detakan jantung kita yang lebih cepat karena pompaan darah akibat asam lambung yang meninggi akibat kafein yang terkandung dalam kopi. filsafat kopi hahaha

    BalasHapus