Senin, 18 Juli 2016

Nirakati Skripsi (Sebuah Pengantar)

Gambar Ilustrasi



Tak terasa, setelah ditinggal dolan ngalor-ngidul, skripsi saya sudah lama terbenggelai. Padahal dulu saya sudah menargetkan bahwa saya akan wisuda Agustus tahun ini. Eh molor. Target diundur menjadi November.

Tentang target November ini, bahkan sudah dimintakan doa dan restu ke Ibu dan bapak.

“Ndungo ae nek ra ndang kok garap yo ra bakal rampung le skripsimu” Hanya berdoa kalau tidak kamu kerjakan skripsimu ya gak bakal rampung nak. Kata Ibu waktu itu. Jleb!

Kepikiran skripsi membuat libur lebaran dirumah jadi gak jenak. Serasa ada yang ngganjel. Setelah sampai di Jogja, lah ya kok skripsi terbenggalai lagi. Baru kemarin malam, dalam acara bakar-bakar ikan bersama teman sekelas yang rata-rata sudah yudisium,  saya dikabari bahwa kalau ingin wisuda November, maka maksimal harus sudah munaqosyah (sidang skripsi) Agustus. Wow. Ini sudah pertengahan Juli vrohh, Agustus bulan depan. Untuk munaqosyah Agustus saya hanya punya waktu satu bulan lebih sedikit untuk menyelesaikan skripsi.

Mengingat waktu yang begitu mepet, saya putuskan bahwa saya akan melakukan riyadhoh. Tirakat demi terselesaikannya skripsi ini. Targetnya dalam 41 hari skripsi ini harus rampung. Titik!

Kenapa kok 41 hari? Yo emboh. Hanya biasanya, rupa-rupa tirakat dilakukan 41 hari. Itu saja.


Yogyakarta, 19 Juli 2016
Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya tegaskan bahwa tulisan ini merupakan pengantar. Sedangkan #NirakatiSkripsi secara resmi akan dimulai besok pada hari rabu. Nderek dawuhe Mbah Zarnuji yang mengatakan dalam kitabnya Ta’limul Muta’alim bahwa belajar (perkara yang baik), sebaiknya dimulai pada hari rabu. Tanya kenapa? Hamboh :-P

Link Terkait
#NirakatiSkripsi (1) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar