Selasa, 21 Juni 2022

Terj. Madarijus Su'ud (7)

 Kemudian Allah membagi Nur Muhammad menjadi 4 bagian. Dari bagian yang Pertama, Allah menciptakan al-Lauh al-Mahfudz.

Dari bagian yang kedua, Allah menciptakan al-Qolam (pena). Kemudian Allah bersabda kepada al-Qolam. "Tulislah".

Mendengar perintah Allah itu, al-Qolam menggigil gemetar selama seribu tahun. Saking takutnya terhadap perintah Allah.

Setelah seribu tahun, barulah Ia menjawab. "Apa yang harus hamba tulis?"

"Tulislah laailaaha illaLlah, Muhammadur Rasulullah" jawab Allah.

Maka al-Qolam melaksanakan perintah Allah tersebut. Ia juga menuliskan sifat ke-Maha Tahu-an Allah atas nasib/perilaku segala makhluqnya.

Maka Ia menuliskan kalimat di dalam tulang punggung anak-anak Nabi Adam. "Siapa yang menaati Allah, Ia masuk surga. Siapa yang bermaksiat (durhaka) kepada Allah, Ia masuk neraka". 

Kalimat yang sama terus menerus dituliskan di dalam tulang punggung umat setiap Nabi. Dimulai dari Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, sampai Nabi Isa. 

Ketika pada akhirnya al-Qolam akan menuliskan kalimat yang sama di dalam tulang punggung umat Nabi Muhammad, Ia tidak bisa menuliskan kalimat tersebut sama persis seperti sebelum-sebelumnya. 

Pada mulanya Ia menuliskan. "Siapa yang menaati Allah, Ia masuk surga. Siapa yang bermaksiat (durhaka) kepada Allah..." Ketika al-Qolam akan meneruskan tulisannya menjadi "...Ia masuk neraka" tiba-tiba ada suara yang menegurnya. "Wahai al-Qolam (pena), perhatikan adab tatakramamu!" 

Maka al-Qolam menjadi terbelah dan terpotong, saking kaget dan takutnya. Sehingga menjadi adat kebiasaan sampai sekarang, bahwa al-Qolam (pena) tidak dapat digunakan untuk menulis kecuali Ia terlebih dahulu dibelah dan dipotong (pen: yang dimaksud mushonnif kemungkinan adalah pensil).

Kemudian suara tadi melanjutkan. "Tulislah! Ummat Muhammad melakukan dosa, tetapi Allah memiliki sifat al-Ghafur (Maha Pengampun)". 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar