Selasa, 11 Februari 2014

Rahwana Menggugat

Sumber: wayang.wikia.com

didinmahardi.blogspot.com
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Q.S. Yasin; 36) 

Awalnya tidak terfikir oleh saya untuk menuliskan ayat Al Quran di atas. Alasan saya tidak menuliskan ayat di tersebut bukan karena apa-apa. Tapi karena saya lupa. Lupa jika di dalam Kitab Suci Al Quran ada ayat yang berbunyi demikian. Namun ahirnya saya tuliskan juga (tentu saja setelah saya ingat) untuk memperkukuh apa yang akan saya sampaikan di bawah ini.

Kejadian ini belum lama terjadinya. Sekitar dua minggu yang lalu. Pagi itu di kamar saya ada Mas Arif. Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba Mas Arif bercerita bahwana Rahwana (tokoh dalam kisah pewayangan) tidak bisa disalahkan begitu saja atas segala kejahatannya. Jika boleh memilih, mungkin Rahwana akan memilih untuk dilahirkan menjadi pribadi yang baik. Tapi apa daya, begitulah kehendak dewata.

 Pernah suatu ketika karena frustasi tercipta menjadi jahat, Rahwana mencoba untuk bunuh diri. Tapi para dewa mencegahnya. Melarang Rahwana melakukan bunuh diri. Alasannya jika Rahwana tewas maka kejahatan didunia akan hilang. Yang artinya keseimbangan dunia akan terganggu.

Kerena begitulah kehendak dewata, maka Rahwana meminta untuk diberikan seorang pendamping. Dan diciptakanlah Sinta. Tapi, lagi-lagi kesialan menghampiri nasib Rahwana. Sebelum Sinta bertemu dengan dirinya, tiba-tiba munculah Rama. Jika kemudian Rahwana menculik Sinta, Ia sepenuhnya tak dapat disalahkan. Karena sebenarnya Sinta Memang diciptakan untuk Rahwana.

***
Dengan menceritakan kisah diatas, bukan berarti saya menghalalkan seseorang berbuat kejahatan. Tapi agar kita tidak terburu-buru untuk memberikan predikat “jahat” pada seseorang. Harus ditelusuri dulu apa motif Ia melakuan kejahatan. Jangan-jangan karena terpaksa atau karena yang lainnya. Meskipun terkadang ada beberapa orang yang melakukan kejahatan karena Ia memang senang melakukannya. Hobi.

Terlepas dari semua hal di atas, yang namanya kejahatan tetap merupakan hal buruk. Jika ada orang yang berkata “Saya menjadi penjahat seperti ini juga sudah merupakan kehendak Tuhan.” Perkataan semacam itu mungkin ada benarnya. Tapi jangan mentang-mentang sudah menjadi kehendak Tuhan lantas kita hanya pasrah.

Bukankah yang namanya Takdir ada dua. Takdir Mubram dan Takdir Mu’alaq. Takdir yang sudah ditetapkan (pasti), dan takdir yang bisa dirubah. Bukankah manusia juga dikaruniai akal yang bisa membedakan mana yang buruk dan mana yang baik. Lantas kenapa tetap ada orang jahat. Jawabannya tentu karena seseorang sudah menentukan pilihan. Memilih untuk menjadi baik atau jahat. (*) 

3 komentar: