Minggu, 01 Februari 2015

Orang Islam Indonesia



Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al Hujarat; 13)

Allah menurunkan ayat di atas tepat setelah terjadinya diskriminasi terhadap sahabat Bilal Bin Rabbah. Alkisah, sesaat setelah peristiwa Fathul Makkah, Rasulullah SAW mengutus Bilal Bin Rabbah mengumandangkan adzan menyeru kepada kaum muslimin untuk mendirikan sholat berjamaah. Adzanpun dikumandangkan Bilal dari atas Ka’bah.

Ahad Bin Usaid yang melihat hal itu lantas berkomentar. “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku, sehingga tidak menyaksikan peristiwa hari ini”. Harits Bin Hisyam salah satu penduduk Makkah ketika itu juga melontarkan komentarnya. “Apakah Muhammad tidak menemukan orang lain kecuali burung gagak yang hitam ini?”. Keduanya jelas merupakan kalimat yang bernada mencemooh.

Asbabun Nuzul yang diriwayatkan Abu Mulaikah tersebut jelas mengindikasikan kepada kita bahwa Allah tidak memandang seseorang dari segi dhohir-nya. Melainkan lebih pada bathin.

Belakangan saya mendapat wawasan menarik terkait penafsiran terhadap ayat tersebut. Wawasan ini saya dapatkan bermula dari majlis wirid Dzikrul Ghafilin yang saya ikuti. Seperti biasa setelah mengamalkan wirid ini biasanya diisi dengan sedikit ceramah. Nah! Dari ceramah itulah saya mengetahui bahwa ayat ini juga mengindikasikan bahwa perbedaan itu merupakan sunnatullah. Sesuatu yang normal dan tak perlu diributkan.

Ayat tersebut juga mengejawantahkan bahwa setiap generasi, setiap daerah, setiap negara, dan setiap yang lainnya berhak memiliki budaya dan tradisinya masing-masing. Dan tidak dibenarkan adanya pemaksaan suatu budaya terhadap budaya yang lainnya. Tentu saja kebebasan berbudaya tersebut dibenarkan selama tidak keluar dari undang-undang agama. Kaitannya dengan ini adalah Islam.

Jika ditarik pada konsep ke-Indonesiaan, ayat ini juga bisa di aplikasikan dengan tetap mempertahankan tradisi-tradisi khas Indonesia dalam berislam. Bukan karena Nabi Muhammad SAW lahir dan mulai menyebarkan Islam di Timur Tengah lantas segala sesuatu yang berbau Timur Tengah harus kita ikuti. Jika demikian, betapa akan malunya kita di kancah pergaulan internasional. Karena kita akan dianggap sebagai bangsa tanpa identitas. 

 Yogyakarta, 01 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar