Entah sejak kapan istilah ini
muncul. Belum ada catatan yang jelas. Artinyapun macam-macam. Tergantung dari
sudut mana kita mengucapkannya. Kyai!
Beberapa dekade yang lalu,
istilah Kyai cuma dikenal di pelosok-pelosok desa. Lalu, tiba-tiba istilah ini
menjadi “booming”. Banyak Kyai bermunculan di mana-mana. Tanpa memikirkan apa
makna dibalik kata Kyai itu. Atau pantas tidaknya mereka-mereka itu menyandang
gelar itu. Kyai!
Sejauh ini, wawasan saya akan
makana dari kata Kyai masih terbatas. Baik itu makna secara etimologi
maupun terminologi. Taunya cuma sekedar mengira-ngira. Meski demikian,
hasil kira-kira saya itu bukan tanpa landasan. Tetep ada landasan pemikirannya.
Agar kelihatan agak akademis.
Secara etimologi, kata Kyai berasal
dari kata bahasa Jawa “Iki Ae”. Artinya “ini saja”. Dari makna kata ini,
kita dapat menafsirkan bahwa Kyai adalah sosok yang serba bisa. Misalnya jika
masyarakat sedang menghadapi suatu permasalahan yang memerlukan tampilnya
seorang tokoh, maka masyarakat (khususnya Jawa) akan mengajukan “Pak ini saja”
sebagai tokoh tersebut. Tentu saja kedepannya sang tokoh harus rela dan tanpa
pamrih untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan itu.
Belakangan wawasan saya akan
makna etimologi dari kata Kyai bertambah. Menurut versi ini, Kyai
berasal dari kata “Ki Aa”. Masih bahasa Jawa. Bedanya terletak pada kata
Iki dan Ki.
Kata Ki atau Aki
adalah semacam gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki linuwih.
Memiliki ilmu dan wawasan yang lebih (menonjol). Contohnya seperti Ki Hajar
Dewantara, tokoh pendidikan kita itu. Atau Ki Ageng Selo, tokoh legendaris yang
terkenal dengan kemampuannya menangkap petir itu. Dan Ki Ki yang lainnya.
Kenyatannya tokoh-tokoh tersebut memiliki kelebihan bukan?
Itu tadi kata Kyai jika ditinjau
dari segi etimologi. Sedangkan secara terminologi saya kurang
tau. Tapi saya akan menguraikan suatu gambaran yang disampaikan oleh Drs. Aliy
As’ad dalam pengantar yang beliau berikan untuk terjemahan Kitab Ta’limul
Muta’alim yang beliau terjemahkan sendiri. Siapa tau dari uraian ini anda
sekalian dapat menyimpulkan makna terminologi dari kata Kyai.
Jika diperhatikan, gelar-gelar
Kyai itu tidak hanya diberikan kepada seseorang. Tapi, terkadang juga diberikan
kepada benda-benda yang dianggap keramat. Contohnya seperti Kyai Pleret, nama
tombak. Kyai Nogo Wilogo dan Kyai Guntur Madu, nama gong yang dibunyikan setiap
perayaan Sekaten di yogyakarta, bahkan ada juga binatang yang diberi gelar
Kyai.
Bisa dikatakan jika gelar Kyai
ini sebenarnya diberikan kepada orang-orang dan benda-benda yang memiliki
kelebihan. Perlu saya tegaskan bahwa yang dimaksud dengan kelebihan disini
adalah kelebihan yang bersifat spiritual (batin). Terbukti, tidak ada miliarder
yang berkelebihan harta dan lantas di panggil Kyai. Karena bersifat spiritual,
maka untuk menentukan sampai dimana batas “kelebihan” agar pantas mendapat Kyai
sangatlah sulit.
Oleh karena itu, baik dicari maupun tidak, gelar Kyai akan lebih mantap eksistensinya bila diberikan oleh pihak lain. Yaitu pihak-pihak yang mengakui kelebihannya. Saya jadi teringat ucapan KH. Abdus Sami'. Salah seorang guru saya yang mengasuh Pon. Pes. Darul Huda Mayak. "Kyai itu sebenarnya adalah gelar yang diberikan Allah melalui lisan masyarakat". (DPM)
terakhir nyebut pak kyai 5 tahunan hehe
BalasHapus