Secara mendadak, Sri Sultan
Hamengkubuwono X mengeluarkan Sabdatama. Sabda yang artinya ucapan dan Tama
yang artinya utama, disebut-sebut sebagai perintah tertinggi Sultan. Entah
apapun motifnya, saya rasa Sabdatama ini ada kaitannya dengan polemik
pengangkatan Gubernur di DIY. Yang saya pahami dari arus politik di DIY adalah
bahwa Sultan otomatis juga akan menjabat sebagai Gubernur. Dari konsep bahwa
Sultan adalah Gubernur inilah lantas timbul konflik. Di Profinsi lain, akan
sah-sah saja jika Gubernur dijabat oleh seorang perempuan. Tapi, apakah akan
demikian halnya dengan Sultan? Dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam sampai
dengan Ngayogyokarto Hadiningrat, belum pernah ada Sultan yang perempuan.
Belakangan baru muncul polemik ini.
Disini saya salut kepada Sultan.
Dengan dikeluarkannya Sabdatama polemik politik di DIY lantas menjadi reda.
Reda, artinya tidak hilang sama sekali. Tapi ada satu hal yang dapat kita
tangkap dari hal ini. Bahwa Sultan sebagai Raja masih memiliki wibawa yang
agung dikalangan elit politik DIY. Luar biasa. Memang demikianlah seharusnya
pemimpin itu. Menganalisa, menimbang, dan memutuskan. Tak masalah jika sedikit
otoriter. Toh otoritas itu juga merupakan haknya. Coba kalau Sultan tidak
segera turun tangan meredakan polemik seputar pengangkatan Gubernur tersebut.
Akan sampai sejauh mana dampak negatif yang ditimbulkan. Akankah wibawa Keraton
masih dapat dipertahankan jika Sultan-nya tidak cepat tanggap.
Selama 26 tahun Sultan
Hamengkubuwono X bertahta, sudah dua kali dengan ini Sultan mengeluarkan
Sabdatama. Sabdatama yang pertama dikeluarkan pada tahun 2012 silam. Motif
Sultan mengeluarkan Sabdatama ketika itu juga tidak jauh-jauh dengan persoalan
politik. Kini Sabdatama muncul kembali, dan topiknya pun tidak jauh-jauh dari
politik. Demikianlah bunyi Sabdatama ke-dua Sri Sultan Hamengkubuwono X seperti
yang banyak beredar dimedia masa, baik online maupun offline;
SABDOTOMO
Mangertiya, ingsun uga netepi
pranatan, paugeran, lan janjiku marang Gusti Allah, Gusti Agung kang kuasa lan
cipta uga marang leluhur kabeh. Mula ingsun paring dhawuh yaiku:
(Mengertilah, aku juga mematuhi aturan, tata krama, dan janjiku kepada Tuhan
yang Maha Kuasa serta para leluhur. Karena itu, aku memberi perintah)
1. Ora isa sopo wae, ngungkuli utowo ndhuwuri munggahing kraton.
(Tak seorang pun bisa mendahului wawanang Keraton)
2. Ora isa sopo wae mutusake utawa rembugan babagan Mataram,
luwih-luwih kalenggahan tatanan Mataram. Kalebu gandheng cenenge karo tatanan
pamerintahan. Kang bisa mutusne Raja. (Tak seorang pun bisa memutuskan atau
membicarakan ihwal Mataram. Terlebih aturan mengenai Raja, termasuk aturan
pemerintahannya. Yang bisa memutuskan hanya Raja)
3. Marang sopo wae kang kaparingan kalenggahan, manut karo Raja
sing maringi kalenggahan. (Siapapun yang sudah diberi jabatan harus
mengikuti perintah Raja yang memberikan jabatan)
4. Sing gelem lan ngrumangsani bagian saka alam lan gelem
nyawiji karo alam, kuwi sing pantes diparingi lan diparengake ngleksanaake
dhawuh lan isa diugemi yaiku:
·
Pangucape isa diugemi
·
Ngrumangsani sopo to
sejatine
·
Ngugemi asal usule
Kang gumelar
iki wis ono kang noto. Dumadi onolir gumanti ora kepareng dirusuhi
(Siapa saja yang
merasa bagian dari alam dan mau menjadi satu dengan alam, dialah yang layak
diberi dan diperbolehkan melaksanakan perintah dan bisa dipercaya yaitu:
·
Ucapannya harus bisa
dipercaya
·
Tahu siapa jati dirinya
·
Menghayati asal-usulnya
Bagian ini sudah
ada yang mengatur. Bila ada pergantian, tidak boleh diganggu)
5. Sing disebut tedak turun kraton, sopo wae lanang utowo wedok,
durung mesti diparengake ngleksanaake dhawuh kalenggahan. Kang kadhawuhake wis
tinitik. Dadi yen ono kang omong babagan kalenggahan Nata Nagari Mataram, sopo
wae, luwih-luwih pengageng pangembating projo ora diparengake, lir e kleru
utowo luput. (Siapa saja yang menjadi keturunan Keraton, laki-laki ataupun
permpuan, belum tentu diperbolehkan melaksanakan wewenang Keraton. Yang diberi
wewenang sudah ditunjuk. Jadi tidak ada yang diperbolehkan membaas atau
membicarakan tahkta Mataram, terlebih para pejabat Keraton, khawatir terjadi
kekeliruan)
6. Anane sabdatama, kanggo ancer-ancer parembagan opo wae, uga
paugeran kraton, semana uga negara, gunaake undang-undang. (Sabdatama ini
dimunculkan sebagai patokan untuk membahas apa saja, termasuk aturan Keraton
dan negara)
7. Sabdatama kang kapungkur kawedarake jumbuh anane
undang-undang keistimewaan, jumbuh anane perdais lan danais. (Sabdatama
yang lalu terkait dengan perda istimewa dan dana istimewa)
8. Yen butuh mbenerake undang-undang keistimewaan, sabdatama lan
ngowahi undang-undange. Kuwi kabeh dhawuh kang perlu dimangerteni lan diugemi.
(Jika Undang-Undang Keistimewaan butuh direvisi, dasarnya sabdatama. Itulah perintah
yang harus dimengerti dan dilaksanakan) (Sumber teks Sabdatama: www.tempo.co)
Dari sekian poin Sabdatama di
atas, poin dominan yang saya tangkap adalah; bahwa pengangkatan Tahta Kesultanan
Ngayogyokarto adalah mutlak otoritas Sultan. Siapapun dilarang turut rembug
membicarakan tahta Kesultanan. Bahkan kerabat Keraton sekalipun.
Terlepas dari pro dan kontra
seputar Sabdatama, memang demikianlah tradisi turun-temurun Keraton. Otoritas tertinggi
berada ditangan Sultan atau Raja. Namun harus kita sadari bahwa
kebijakan-kebijakan Sultan selalu berorientasi kerakyatan. Kecil kemungkinan Ia
akan mencari keuntungan pribadi. Karena segala kemewahan dan kekuasaan sudah
dimilikinya semenjak Ia pertama kali melihat dunia. Bahkan mungkin sebelum Ia
membuka mata. Terlahir di atas piring emas, itulah pribahasa yang saya rasa
tepat untuk menggambarkan jalan hidup seorang Raja.
Yogyakarta, 12 Maret 2015
Wah masih kental ya kebudayaan di Jogja:') Salut banget yang masih bisa mempertahankan keberadaan adat istiadatnya di tengah jaman yang kian menggerus moral bangsa....... Aku keturunan orang Jogja tapi ke Jogjanya cuma pas bayi, jadi pengen kesana lagi deh huhuhu.
BalasHapussaya aslinya ponorogo mas, tapi salut banget ama jogja, ditengah banyaknya pendatang yang datang ke jogja, jogja tetap dapat mempertahankan budaya identitasnya
HapusMakanya Jogja disebut daerah istimewa ya
BalasHapusyupz, , ,
Hapussalah satu contoh efek positif pemerintahan semi otoriter.
BalasHapusbisa jadi, bisa jadi
BalasHapus